Jakarta -Redaksiriau.com - Situasi politik di Papua memanas saat mencuatnya pemberlakuan Otonomi Khusus Jilid II dan adanya penembakan Pdt. Yeremia Zanambani, S. Th di Kabupaten Intan Jaya Provinsi Papua.
Penembahkan tersebut masih misterius sebab dari pihak TPN PB (Tentara Pembebasan Papua Barat) atau KKB (Kelpok Sipil Bersenjata) menuduh pihak TNI yang melakukan penembakan dan dari pihak TNI/Polri menuduh dari pihak TPN PB/KKB lah yang melakukan penembakan.
Desakan untuk mengusut tuntas kasus tersebut, secara transparan datang dari berbagai kalangan mulai dari Tokoh Masyarakat di Papua,Tokoh Adat, Anggota DPRD Papua, Anggota DPR RI, Organisasi PGI (Persekutuan Gereja Indonesia) serta ormas-ormas kepemudaan di Indonesia.
Desakan kali ini datang dari Hendrik Yance Udam atau HYU salah satu Tokoh Nasional asal papua yang di temui di Jakarta, Sabtu (26/09/2020). HYU mengatakan bahwa, dirinya meminta kepada aparat penegak hukum untuk segera mengusut tuntas kasus penembakan Pdt. Yeremia Zanambani, S.Th secara transparan.
"Saya minta diusut dan dipublikasikan ke masyarakat luas, sehingga kita mengetahui siapa aktor intelektual yang melakukan aksi tersebut. Dimana kasus ini mengakibatkan kematian terhadap Pdt.Yeremia Zanambani S.Th di Kabupaten Intan Jaya Provinsi Papua baru-baru ini," pintanya.
HYU pria bercirikas breok berkopiah merah ini menyatakan, masalah ini menjadi runcing setelah kedua bela pihak yang saling menuding tentang siapa oknum pelaku penembakan tersebut. Kata HYU, kita harus bisa berkata dengan trasparan dihadapan publik siapa pelaku yang melakukan pembunuhan tersebut. Sehingga nantinya bisa diproses secara hukum yang berlaku di NKRI.
"Apakah terduga pelaku dari pihak TPN PB/KKB atau dari Pihak TNI/Polri, sehingga persoalan tersebut tidak melebar karena dapat menganggu eksistensi NKRI di tanah Papua," lugasnya.
Katanya juga, pengakuan jujur siapa oknum pelaku penembahkan almarum Pdt.Yeremia Zanambani S.Th kehadapan publik sangat diperlukan, sehingga dapat meredam konflik kepentingan yang ada di Papua yang lagi memanas.
"Karena dari pihak keluarga korban almarum Pdt.Yeremia Zanambani S.Th dalam konferensi persnya mengatakan bahwa, pihak keluarga korban mengakui pelaku penembakan pendeta Yeremias Zanambani S.Th diduga adalah murni aparat Tentara Nasional Indonesia (TNI)," tukas HYU.
Ditambakan HYU, isu Papua sudah sangat mengkristal bukan lagi menjadi konsumsi politik masyarakat lokal saja, dan nasional namun sudah menjadi konsumsi publik masyarakat internasional oleh sebab itu pemerintah harus lebih berhati-hati dalam mengelola isu-isu papua dengan baik.
Kasus penembakan Pdt.Yeremia Zanambani S.Th juga sudah di bahas di Dewan Gereja se – Dunia, oleh sebab itu saya minta kepada Bapak Presiden Jokowi untuk segera membentuk tim pencari fakta independen untuk turun secara langsung ke masyarakat guna mencari tau siapa oknum pelaku penembahkan Pdt.Yeremia Zanambani S.Th.
HYU juga sangat menyayangkan akan aksi-aksi kekerasan yang terjadi di Papua yang menewasakan warga sipil dan anggota TNI/POLRI yang di lakukan oleh TPN PB/ KKB dan sebaliknya anggota TNI/Polri yang diduga juga menewaskan masyarakat sipil yang ada di Papua.
Sebab menurut HYU kekerasan demi kekerasan yang terjadi di papua tidak dapat menyelesaikan persoalan papua yang berkeadilan justru sebaliknya akan mengakibatkan persoalan baru yang lebih besar lagi.
Putra asli Papua ini juga berharap untuk Bapak Presiden Jokowi untuk membuka ruang berdialog kepada kelompok-kelompok yang melakukan kekerasan di papua dalam hal ini TPN PB/KKB bersama dengan Pemerintah untuk mencari solusi strategis dalam menciptakan kedamain di papua serta menyelesaikan persoalan-persoalan dasar yang ada.
Sementara itu sebagaimana disampaikan Rycho Kobogau, salah satu mahasiswa Intan Jaya di Jayapura yang menghubungi istri almarhum Pdt. Yeremia Zanambani melalui panggilan telepon dari Intan Jaya. Dimana sebagaai aktivis mahasiswa Papua,m fakta kejadian di lapangan kepada publik.
“Keluarga korban mengatakan sebelum meninggal dunia, ia (almarhum) menyebutkan yang menembak dirinya diduga adalah anggota TNI. Jadi kami mau luruskan bahwa yang melakukan penembakan diduga kuat aparat TNI bukan TPNPB,” kata Kobogau saat menggelar jumpa pers di asrama Intan Jaya, Waena, Kota Jayapura, Kamis (24/9/2020).
Sedangkan Kapolda Papua Irjen Paulus Waterpauw membantah, bahwa pelaku penembakan pendeta Zanambani bukan dilakukan oleh anggota TNI, karena belum dilakukannya olah TKP oleh pihak kepolisian.
“Kami minta kepada pihak-pihak yang menuding untuk tidak menyebabkan informasi yang tidak betul, karena belum dilakukan olah TKP guna membuktikan siapa pelaku penembakan itu dilakukan oleh TNI atau KKB,” tuturnya.
Seruan Moral Persatuan Pendeta di Papua
Sementara itu para pimpinan gereja-gereja di Papua meminta Presiden Jokowi agar memberi perhatian serius terhadap peristiwa penembakan Pendeta Yeremia Zanambani, STh di Kampung Hitadita, Intan Jaya, Papua dengan membentuk tim investigasi independen yang melibatkan seluruh komponen masyarakat, termasuk gereja, serta perlunya dibuka ruang dialog.
Hal tersebut terungkap dalam konprensi pers virtual yang diinisasi oleh MPH-PGI, pada Kamis (24/9).
Para pimpinan gereja-gereja di Papua yang hadir dalam konferensi pers tersebut yaitu Pdt. Andrikus Mofu, MTh (Ketua Badan Pekerja Am Sinode Gereja Kristen Injili di Tanah Papua-GKI TP), Pdt. Hiskia Rollo, STh, MSi (Ketua Majelis Pekerja Harian PGIW Tanah Papua), dan Pdt. Petrus Bonyadone (Ketua Sinode GKII Wilayah II Papua). Juga Pdt. Dr. Daniel Ronda (Ketua Sinode Gereja Kemah Injil Indonesia-GKII).
Menurut Pdt. Andrikus Mofu, munculnya peristiwa penembakan Pdt. Yeremia Zanambani, STh serta peristiwa kekerasan lainnya, menimbulkan pertanyaan sejauh mana keseriusan Presiden Jokowi untuk menciptakan kedamaian di Papua.
“Saat pidato di PBB Presiden Jokowi menyinggung persoalan dunia, seperti Palestina. Namun hal ini memunculkan pertanyaan sejauh mana selaku Kepala Negara dalam tanggung jawab menyelesaikan pemasalahan yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia, terkhusus di Papua.
Dengan peristiwa penembakan, bukan hanya kepada Pdt. Yeremia, tetapi juga berbagai peristiwa sebelumnya, bahkan persoalan terkait kemanusiaan akhir-akhir ini, yang merengggut jiwa masyarakat, termasuk juga anggota TNI dan Polri, ini menimbulkan pertanyaan sejauh mana keseriusan negara,” katanya.
Lebih jauh dijelaskan, ada 4 akar masalah di Papua yang direkomendasikan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang harus diselesaikan, namun hal itu hingga saat ini belum dilaksanakan.
“Karena itu dengan peristiwa penembakan ini saya mengingatkan segera dibentuk tim independen yang melakukan investigasi secara adil dan seimbang, untuk mengungkapkan peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini di Papua,” ujarnya.
Wakil Ketua Majelis Pertimbangan PGI ini juga mengingatkan, pemerintah untuk segera mengevaluasi penempatan pasukan secara massif di Papua. Sebab menurutnya, hal ini tidak menyelesaikan masalah, tetapi justru menjadi sumber masalah. Serta perlunya dibuka ruang dialog.
Sementara itu, Pdt. Hiskia Rollo menegaskan, akibat kasus ini menimbulkan pertanyaan apa artinya integrasi Papua ke NKRI. Karena hal baik yang diharapkan tidak terwujud, tetapi malah sebaliknya.
“Kami sedang menjelaskan Otsus kepada masyarakat agar mendapat pemahaman yang baik, tetapi justru terjadi penembakan terhadap pendeta di Hitadipa. Kami makin prihatin karena bisa menimbulkan ketidakpercayaan terhadap gereja. Sebab itu, ini menjadi momen bagi kita untuk membuat percapakan-percakapan yang terarah dan terukur, untuk menghindari bola liar di tengah masyarakat,” tegasnya.
Sedangkan Pdt. Petrus Bonyadone mengungkapkan, bahwa kronolgis peristiwa penembakan Pdt. Jeremia Zanambani ini telah diserahkan oleh gereja ke DPRD Intan Jaya dan selanjutnya diteruskan ke Kapolda Papua, Pangdam, dan Komnas HAM.
Diinformasikan pula, warga Hitadipa kini mengungsi ke kampung lain di sekitarnya, yang jaraknya sangat jauh dengan kondisi yang sulit ditempuh karena harus melalui pegunungan dan hutan rimba. Akibatnya, semua kegiatan, baik pendidikan, kesehatan, ekonomi di distrik itu tidak ada. Bahkan ibadah 6 gereja yang ada di wilayah itu pun berhenti.
“Sebab itu saya mendukung perlu adanya tim investigas secara padu, karena peristiwa ini menyebabkan luka yang amat dalam,” tandasnya.
Pada kesempatan itu, mewakili Pimpinan Pusat GKII, Pdt. Daniel Ronda, menegaskan, sangat menyayangkan sikap pemerintah yang hingga saat ini belum menyampaikan komentar apapun atas peristiwa penembakan terhadap Pdt. Yeremia Zanambani.
Diakhir konferensipers, Sekretaris Umum PGI, Pdt. Jacklevin F. Manuputty menegaskan, PGI menaruh perhatian yang sangat serius terhadap masalah Papua. Oleh karena itu ada Biro Papua yang berkonsentrasi penuh terhadap masalah Papua. Juga Komisi Papua yang memberikan kontribusi dan sumbang saran bagi PGI dalam rangka terus mengutamakan Papua di dalam kiprah dan pelayanann PGI.
Menurutnya, PGI akan terus bersinergi untuk melihat perkembangan kasus ini, tetapi juga masalah lain yang terjadi, dan besar harapan tidak ada lagi darah tertumpah di tanah Papua. (red)
Penulis: RB Syafrudin Budiman SIP