Pekanbaru,(Redaksiriau.com) - Panas terik kota Pekanbaru tidak membuat Yogi Putra menyerah menyambung hidup. Yogi yang bekerja sehari-hari sebagai pedagang masker di pinggir jalan Soekarno-Hatta Pekanbaru ini harus menghidupi dua adiknya, Rafi dan Yana di tengah pandemi ini.
Yogi berjualan masker sejak awal pandemi Virus Corona melanda Indonesia Maret lalu. Dia melihat ada peluang yaitu masker sangat dibutuhkan oleh masyarakat untuk terhindar dari penyebaran virus Corona. Ditambah Yogi yang awalnya pedagang baju di Pasar Pagi Arengka ini harus menerima pil pahit dimana lelaki berambut ikal ini tidak mampu lagi membayar sewa kios yang ditempatinya karena pendapatan penjualan baju berkurang sejak awal pandemi.
Saat ditanyai perihal pendapatan dari hasil penjualan masker, pria asal Pariaman, Sumatera Barat ini mengatakan cukup untuk menghidupi keluarganya. "Alhamdulillah cukuplah untuk makan sehari-hari, terus untuk mencukupi kebutuhan yang lain, kayak beli paket internet, beli bensin dan lain-lain" Jelasnya.
Namun, setelah 8 bulan menjalani profesi sebagai pedagang masker pinggir jalan ini, Yogi terjebak dalam sebuah dilema. "Meskipun saya sekeluarga makan dari jualan masker, tapi saya tetap berharap pandemi ini cepat selesai." Ungkapnya.
Kalimat melankolis tersebut keluar dari seorang pedagang masker. Memang berjualan masker ini mendatangkan keuntungan, namun di sisi lain Yogi melihat kondisi selama pandemi ini cukup menyulitkannya. "Jualan masker ini mau tidak mau harus saya jalani, demi makan sesuap nasi. Tapi ini keadaan sangat sulit, saya ingin kehidupan kembali normal dimana saya bisa kembali berjualan baju seperti sebelum pandemi melanda negara ini" tutup pria berumur 27 tahun ini.**
Editor : Redaksi
Penulis : Arif Aflah Riadi (Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Riau)