Pekanbaru,(Redaksiriau.com) - Program Uji Kompetensi Wartawan (UKW) sebaiknya dilihat dari sisi positif sebagai alat ukur untuk mengetahui skill jurnalisme yang dipunyai seorang wartawan.
"UKW tidak perlu ditakuti dengan respon negatif. Seorang penyandang profesi wartawan memang harus kompeten. UKW itu sebagai alat ukur kompetensi itu," kata Direktur Utama Lembaga Pendidikan Wartawan, Pekanbaru Journalist Center (PJC), Drs. Wahyudi El Panggabean, M.H. (15/3/2021).
UKW itu juga, katanya tidak perlu dijadikan alat pembanding bagi wartawan yang belum mengikutinya.
"Sebab, wartawan yang sudah lulus UKW juga tidak semua memiliki representasi skill jurnalistik yang lebih baik dibanding wartawan yang belum mengikuti UKW," tegas Wahyudi.
"Tetapi yang lebih konyol justru label UKW dijadikan justifikasi untuk memuluskan kolusi kerjasama institusi media dengan instansi. Ini sudah melenceng," katanya.
Berbicara di hadapan 25 orang peserta Pelatihan Jurnalistik di Hotel Pesona, Pekanbaru Wahyudi menekankan kewajiban utama para Jurnalis justru meningkatkan skill jurnalistiknya.
Pelatihan bertajuk: "Peningkatan Kompetensi & Profesionalitas Wartawan", itu terselenggara atas kerja sama Pekanbaru Journalist Center dengan Dewan Pimpjnan Daerah - Jurnalis Online Indobesia (DPD-JOIN) Kabupaten Rokan Hulu.
Para'peserta para Wartawan dan Pemimpin Organisasi Pers, Pemimpin Media juga dari kalangan Umum. Ketua DPD JOIN Rokan Hulu, Palasroha Tampubolon & Direktur PJC Cabang Rokan Hilir, Rahmad Sutiono, hadir dalam acara itu.
Selain Wahyudi, Pemimpin Redaksi SKH Radar Riau, Abdul Kadir, S.Pd.,M.Pd., M.I.Kom juga tampil sebagai Pemateri tentang: "Metode Praktis Menulis Berita".
"Bagi wartawan yang merasa punya skill jurnalistik yang standar, UKW itu sesuatu yang ditunggu. Bukan ditakuti dengan merespon negativitas," katanya..
Wahyudi menyebut setiap penyandang profesi memang harus berkompeten dan bekerja secara profesional.
"Itu artinya, seorang wartawan menerima honorarium yang layak dari institusi media tempatnya bekerja atas skill jurnalis yang dimilikinya," kata mantan Wartawan Majalah FORUM Keadilan, Jakarta itu.
Menurut Wahyudi, keengganan untuk meningkatkan skill dan ilmu jurnalistik menjadi persoalan mendasar bagi sebagian besar wartawan di tanah air.
"Situasi ini melahirkan kontra-profesionalisme yang merembes pada banyak masalah yang kini melingkupj dunia profesi mulya ini," tegas Wahyudi penulis buku-buku jurnalistik itu.
Salah satu alternatif mengantisipasi kevakuman itulah katanya pihak Pekanbaru Journalist Center terus berupaya menggelar pelatihan-pelatihan rutin dengan acuan buku; "Wartawan Berani, Beretika" buah pena Wahyudi sendiri.
Buku yang telah cetak ulang sebanyak 15 kali itu, katanya sudah tersebar ke seluruh pelosok nusantara.
"Dari Riau, hingga pedalaman Sulawesi insya Allah sudah mesan buku ini. Mereka pesan buku ini, setelah menonton Channel Youtube saya," kata mantan Pemimpin Redaksi Surat Kabar Harian Media Riau itu.
Obsesi yang diusung buku ini katanya semata-mata mengajak wartawan atau calon wartawan untuk terus berlatih meningkatkan ilmu jurnakistiknya.
Buku ini, katanya membahas: Filosofi Wartawan, Kode Etik Jurnalistik, Strategi Menembus Narasumber, Teknik Memotret, Teknik Wawancara, Hukum Pers dan Menulis Berita.
"Baca buku ini. Pelajari! Terapkan dengan berlatih rutin dan disiplin. Insya Allah Anda akan memiliki skill dan memiliki keberanian untuk meraih profesionalisme," kata Hakim Ethik Perhimphnan Advokat Indonesia (PERADI) Pekanbaru itu.**(red/rls)