Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Riau, Fitri Hardianti M.IKom Saat menjelaskan Materi Child Grooming di Aula RA Alkausar (Tedy Syahlan) |
Siak—Cegah bahaya Child Grooming pada remaja, Team Akademika Fikom UIR mengajak audient (segenap guru-guru yang menjadi orang tua) pada acara pengabdian masyarakat di sekolah Radatul Athfal Alkausar, Kec. Dayun, Kab. Siak, Prov. Riau, lebih ketat memantau aktivitas anak-anak dalam bermain media sosial.
Dosen
Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Riau, menjelaskan Child Grooming adalah
salah satu kejahatan mengerikan yang ada di dunia siber, dimana korbannya
anak-anak remaja labil. Para pelaku memperdaya korban dengan memberikan rasa
aman di dekat mereka, sehingga korban mudah membuka diri pada pelaku. Pada
akhirnya, pelaku melakukan tidakan keji tindakan asusila atau pelecehan
seksual.
“Bahayanya
lagi kejahatan siber ini paling banyak dialami perempuan, khususnya pada remaja.
Yang dipuci dari kebebasan dan kurang mengerti Batasan dalam menggunakan
teknologi dari kebebasan dan kurang mengerti batasan dalam menggunakan
teknologi internet dan media sosial, sehingga pelaku dengan mudah melakukan
aksi kejinya yang dikenal sebagai Child grooming kepada para
korbannya," jelas Fitri Hardianti saat memaparkan materi di Aula RA
Alkausar, 12.06 wib (09/08/2022).
Anak
remaja atau Gen Z rentan terbujuk melalui iming-iming hadiah, bahkan perhatian
oleh orang asing sehingga dengan demikian pelaku bisa memperdaya pikiran mereka
melalui media sosialnya. Salah satu audiens yang hadir ikut memberikan
komentar.
"Saya
begitu merinding yang terakhir, Bu. Terbayang bila terjadi ke anak saya,
termasuk anak didik saya. Alhamdulillah ketiga anak saya, tidak memiliki media
sosial, karena dua orang di Pondok, satu masih tinggal. Namun tetap merasa
was-was, barang kali di rumah tidak diizinkan memainkan media sosial, belum
tentu anak kita aman sebab bergaul dengan teman-temannya pondok," ujar
Kepala RA Az-Zahra, Kampung Teluk Merbau, Kec. Dayun, Siti Aminah Rahmadani.
"Anak-anak
yang dianggap baik, ketika bergaul dengan teman-temannya apakah bisa berpotensi
terkena Child Grooming atau diluar komitmen keluarga tetap baik, begitu
kira-kira Bu," tanya audient yang akrab dipanggil Bu Aminah itu.
Dosen
dan Kprodi Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Riau sekaligus Ketua
Pengabdian, Dr. Fatmawati menambahkan bahwa sekarang kita harus punya literasi
digital atau cerdas bermedia. Agar mengetahui dan memahami betul hakikatnya
kenapa kita bermedia. Kemudian kaitan dengan anak bagaimana. Karena Mereka jauh
lebih hebat dibandingkan kita dalam bermedia, kita harus bisa mendampingi. Lalu
bagaimana cara mengindentifikasi ketika mereka mengalami Child Grooming.
Katanya maling itu, punya seribu jalan untuk membobol pintu, kan gitu ibu, ya.
Makanya apa yang diulas Ibu Fitri tadi adalah jalan yang kadang, kita tidak
sadari.
"Dimana
pun tidak ada tempat yang aman bagi anak-anak, bahkan di rumah sendiri. Kenapa
saya katakan demikian. Misalnya ibu-ibu seharian kerja, termasuk di rumah saya.
Anak-anak harus direlakan, bersama Babysitter. Artinya di rumah saja,
anak-anak sudah tidak aman. Lalu bagaimanakah kita, bisa melepaskan anak-anak
itu untuk tinggal di rumah saja, merasa aman," ungkapnya.
Ketua pengabdian tersebut memaparkan dari cerita temannya anggota DPRD ketika S3 di Bandung. Katanya, anak temannya itu tiga orang, perempuan semua. Diasuh oleh enam bebysitter. Tukang kebunnya satu. Yang dicuragainya bukan tukang kebun, melainkan bebysitter enam itu. Mereka membuat cerita kehidupan, dan anaknya ini menjadi subjeknya. Jadi, benar-benarnya pelecehan seksual seperti itu dilakukan, direkam untuk bikin konten.
"Kewaspadaan
seperti ini, bagaimana cara mengantisipasi. Storytelling, kalau saya.
Meminta anak-anak cerita tehadap apa yang dijalani seharian, termasuk ketemu
orang baru, mereflesh ingatan mereka, dan membiarkan mereka bercerita. Itu yang
saya terapkan setiap hari." pungkasnya.
(Tedy Syahlan)